Perang
Judul : Perang - Sebuah novel Sub Kultur
Penulis : Rama Wirawan
Penerbit : Jalasutra
Cetakan : I, 2005
Tebal : 176 hal
Novel ini bukan novel perang, tak ada rentetan peluru yang ditembakkan untuk membabat habis musuh, tak ada pekik kemenangan dari pihak yang menang. Yang ada adalah rentetan ide dan isu-isu sosial yang dimuntahkan dalam novel ini.
Perang adalah Perang Hayat, nama seorang pemuda 22 tahun yang bekerja sebagai seorang desain grafis di sebuah perusahaan printing. Bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore adalah suatu rutinitas yang dijalaninya sejak tiga bulan yang lalu, namun Perang belum juga bisa menemukan keindahan dan kenyamanan dalam dunia kerjanya. Suasana kantor yang penuh tekanan dan ketidaknyamanan itu membuat dirinya seperti berada dalam penjara dan ia merasa ada sesuatu yang tercuri dari hidupnya.
Dalam novel ini tokoh Perang dideskripsikan sebagai seseorang yang hidup dalam kesendirian dengan buku-buku dan keremangan, ia selalu sinis melihat dunia terang benderang seperti mall-mall, gedung-gedung megah, restoran mewah, dll. Ia selalu melihat ketimpangan dari semua kemewahan itu, ia menyadari bahwa mall-mall itu dibangun di atas tanah bekas gusuran rumah penduduk, ketika ia melihat sebuah restoran mewah ia yakin bahwa hanya segelintir orang yang bisa menikmati makanan di restoran mewah tersebut. Karenanya kawan-kawannya tak melihat dan merasakan apa yang ada dalam benaknya, Perang merasa hidup dalam kesendirian dan keterasingan.
Setelah sekian lama terjebak dalam rutinitas kerja dan keterasingan, kehidupannya lambat laun mulai berubah ketika Perang berkenalan dengan Denny, seorang kurir dari kantor cabang tempat ia bekerja. Perkenalannya dengan Denny membawanya pada suatu komunitas subkultur yang akrab dengan zine, musik underground, gig, distro, D.I.Y, dll. Dan yang membuat Perang segera tertarik dengan komunitas ini adalah pemikiran kawan-kawan barunya yang terus berusaha mencari alternatif atas sistem yang telah mengurung dan terus menumpulkan hidup masyarakat. Perang diajaknya membahas isu budaya kontemporer seperti alienasi, neoliberalisme , resistensi, literasi dan banyak lagi isu-isu sosial lainnya. Melalui komunitas dan kawan-kawan barunya inilah Perang kini merasa tak terasing lagi, keingin tahuannya yang besar dan ketidakpuasannya akan ketimpangan sosial, sistem ekonomi, politik, budaya subkulur, dan lainnya mendapat pencerahan dari kawan-kawan barunya. Lambat laun ia menjadi seorang yang hidup dengan pandangan baru , segar, sadar atas pilihan dan resiko hidupnya.
Kehidupan Perang tambah semarak dengan pertemuannya dengan teman kuliahnya dulu – Mirah. Melalui Mirah, Perang mengenal cinta, bukan cinta romantis seperti dalam kisah-kisah novel romantis melainkan cinta yang dalam, cinta yang sanggup menguak tabir kehidupan dan mampu mengembalikan sisi kemanusiaaan yang telah tertampik oleh sibuknya dunia. Dan itulah yang terjadi dengan Perang, kisah cintanya dengan Mira tak membuat semangat dan pandangan baru yang ia peroleh dari kawan-kawan komunitasnya mengabur, kehidupan cintanya dengan Mira membuat ia memperoleh kekuatan baru karena ia dan Mira bersatu padu dengan cara mereka sendiri untuk mendobrak kemapanan sistem yang telah menumpulkan masyarakat disekelilingnya akan arti dari sebuah kehidupan
Novel ini sangat baik untuk diapresiasi oleh pembaca yang tak ingin hidupnya terjebak dalam kemapanan . Novel yang sarat dengan ide pemikiran-pemmikiran alternatif ini tersaji dengan baik, antara ide dan cara penyampaiannya tampil seimbang, walau novel ini sarat dengan dialog-dialog antar tokohnya mengenai isu-isu sosial yang menyangkut ekonomi dan budaya, dan tersaji nyaris tanpa klimaks yang berarti, novel ini tidaklah menjadi membosankan karena tersaji dengan kalimat-kalimat bertutur yang enak dibaca dan membuka wawasan baru bagi pembacanya. Seperti halnya tokoh Perang, melalui novel ini cara pandang pembaca pun akan terbuka dengan pandangan baru akan apa yang terjadi dalam berbagai kehidupan sosial yang berlaku pada saat ini.
Di tengah maraknya novel-novel lokal bertema kehidupan remaja/dewasa yang sarat dengan muatan kegalamouran dan keceriannya, hadirnya novel subkultur ini tentunya menawarkan alternatif bacaan baru yang sangat layak dibaca bila kita ingin lebih paham mengenai masalah-masalah sosial dan dunia subkultur dengan segala pernak-perniknya
@h_tanzil
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Nove 3"